Skip to main content

NAY (2015) REVIEW : Monolog Tentang Perempuan


Road movie menjadi salah satu pendekatan baru dari para sineas baik lokal maupun luar untuk mengantarkan ceritanya. Biasanya, ada beberapa idealisme yang disampaikan oleh beberapa sineas lewat medium audio visual. Setelah itu, lewat road movie karakter-karakter yang ada di dalam filmnya mengalami kontemplasi terhadap apa yang terjadi dalam hidupnya lewat beberapa konflik yang mereka temukan di sepanjang perjalanan.

Dengan pendekatan genre ini, dianggap cukup efektif untuk memberikan renungan kepada penontonnya dengan apa yang terjadi di sekitar. Dan di tahun ini, Road Movie diangkat oleh Djenar Maesa Ayu dalam film terbarunya berjudul Nay. Film ini hanya mengambil satu tempat setting dan menjadikan satu orang sebagai karakter utama filmnya. Hal ini jelas menjadi salah satu hal yang baru di perfilman Indonesia karena memiliki kesulitan yang cukup besar untuk mengolahnya menjadi presentasi yang kuat.

Melalui Sha Ine Febriyanti sebagai pemeran utama, Djenar Maesa Ayu mencoba untuk memberikan sebuah pertunjukan teater monolog ke dalam sebuah layar lebar. Dengan presentasi yang sederhana, Djenar Maesa Ayu berusaha untuk melayangkan sebuah problematika posisi perempuan dalam kehidupan sehari-hari terlebih di negara Indonesia. Hanya berbekal satu plot yang sangat dekat dengan sosok perempuan, tetapi berusaha diulik lebih dalam lagi oleh Djenar Maesa Ayu. Sehingga, film Nay memiliki dampak yang besar dan efektif untuk menyinggung dinamika sosial yang ada.


Seorang model yang sedang naik daun bernama Nay (Sha Ine Febriyanti) tengah dirundung masalah yang bisa membuat beberapa poin penting dalam hidupnya hancur. Nay mengetahui bahwa dia sedang mengandung seorang janin di dalam perutnya. Masa kandungan di dalam perut Naysudah berumur 11 minggu dan ini adalah hasil hubungan intim dengan pacarnya bernama Ben (Paul Agusta). Setelah mengetahui hal tersebut, Nay memutuskan untuk pergi menemui Ben.

Di tengah perjalanannya menuju rumah Ben, Nay mengalami banyak masalah. Ben menunjukkan sikap yang tak enak ketika mereka sedang berbicara lewat telepon. Dengan adanya hal ini, dia pun mencoba untuk berdiskusi dengan temannya, Ajeng (Cinta Ramlan) dengan maksud akan menemukan solusi akan masalah yang dia hadapi. Sayangnya, Nay pun tak sepenuhnya menemukan solusi yang tepat dan semakin dilema. Selama diperjalanan pun dia merenung dan mencoba intropeksi diri akan masa lalu yang Nayalami. 


Film Nay memang tak bisa dipungkiri akan dibanding-bandingkan dengan film yang dibintangi oleh Tom Hardy yaitu Locke. Secara konsep besar, film Naymemang memiliki kemiripan yang lumayan besar. Hanya saja, apa yang diusung sebagai konflik di dalam filmnya jelas memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Nay mengulik sisi yang lebih dalam terhadap konflik utama di dalam filmnya. Tak hanya memberikan pengaruh besar dalam menonton, tetapi juga menjadi bahan kontemplasi yang kuat bagi penontonnya.

Berbekal problematika yang masih menjadi tabu di dalam budaya milik Indonesia, film yang diarahkan oleh Djenar Maesa Ayu ini berhasil berkembang menjadi sebuah film yang tak biasa. Lewat film ini, Djenar Maesa Ayu ingin sekali lagi memberikan nasihat lewat medium audio visual untuk perempuan yang masih merasa dirinya termarjinalkan oleh beberapa pihak. Sehingga, film Nayadalah sebuah surat terbuka berisi opini yang dilayangkan kepada publik tentang keberadaan wanita yang masih tak juga dianggap sejajar. 


Berbekal satu karakter utama yang juga hanya satu-satunya yang ada di depan layar, jelas bukan sesuatu yang mudah untuk membuat film Nay memiliki presentasi yang kuat. Karakter-karakter yang lain hanya tampil lewat voice over yang tak tampak fisik, tetapi Djenar Maesa Ayu mampu menghadirkan karakter pendukung itu terasa nyata. Penuh dengan dialog yang jakarta-sentris tetapi Djenar Maesa Ayu masih bisa mencari kesamaan atribut yang dia tempelkan di dalam filmnya agar bisa relevan dengan kehidupan penontonnya.

Djenar Maesa Ayu mendobrak paradigma tentang perempuan yang masih terbayang tentang dogma-dogma budaya yang sangat kaku diberlakukan kepadanya. Terlebih, di negara Indonesia yang masih memuja dan menjunjung tinggi akan idealisme patriarki. Bagaimana perempuan harus berperilaku, bagaimana keperawanan masih dianggap sebagai patokan penilaian akan kepribadian seorang perempuan secara keseluruhan. Dan anggapan-anggapan kolot tentang ketangguhan wanita yang bisa mengambil keputusan akan hidupnya yang masih dianggap tabu.

Juga, bagaimana film Naymengangkat tentang isu standar ganda yang sering digunakan oleh orang-orang dalam menilai sesuatu. Bagaimana seseorang tak lagi kembali introspeksi terhadap dirinya kembali dan langsung menganggap perilaku seseorang itu tidak baik. Hal ini, juga digambarkan pada karakter Nay yang memiliki masalah psikis dan rekam jejak yang tak baik terhadap masa lalunya dengan ibunya. Jelas, Naymemiliki banyak sekali isu sosial relevan yang perlu dikritik. 


Tak hanya berkekuatan dalam isu-isu sosial yang mendapat kritik tajam dari Djenar Maesa Ayu sebagai konten yang dijual olehnya. Tetapi, Djenar Maesa Ayu juga memberikan pengarahan yang baik di dalam filmnya sehingga dengan presentasi dan dasar konflik yang sederhana pun bisa memberikan dampak yang luar biasa bagi penontonnya. Sehingga, film Nay ini berhasil menjadi sebuah medium untuk berkaca pada diri sendiri tentang keberadaan perempuan yang kadang masih dianggap tertinggal.

Meski mengambil banyak resiko di dalam genre-nya dan menjadikan film Naymenjadi karya yang memiliki pasar sendiri yang menikmatinya, Djenar Maesa Ayu patut diacungi jempol dalam mengarahkan karya terbarunya. Penuh dengan kritik terhadap isu sosial, ajaran budaya yang masih kaku, dan bagaimana kaum perempuan masih dianggap sebagai kaum marjinal. Sehingga, dengan film Nay, semua poin-poin itu dapat disampaikan layaknya sebuah surat terbuka kepada masyarakat secara luas. Terlebih, kepada masyarakat di negara yang menjunjung tinggi patriarki dan menganggap perempuan masih tak berdaya. 

 

Comments

Popular posts from this blog

Rapid Reviews: Despicable Me 3 and The House

If there's one current animated franchise I always look forward to, it's the Despicable Me films. Credited directors Kyle Balda, Pierre Coffin and Eric Guillon (co-director) bring to theaters the third installment of this series. Yet, with each subsequent journey into the hilarious and complicated life of former-super-villain Gru (voice of Steve Carell), the Despicable Me franchise seems to take a step backwards. After foiling an attempt at capturing the disgruntled former child star and 80s retro villain, Balthazar Bratt (voiced by South Park creator Trey Parker), Gru and Lucy (Kristen Wiig) are fired from the Anti-Villain League (AVL). And just as Gru breaks the unfortunate news to his trio of adopted daughters, he's visited by a man who reveals that Gru has a twin brother named Dru (also Steve Carell) who happens to possess a taste for villainy himself. The estranged siblings engage in some mischievous behavior behind Lucy's back and it leads on a path back to Bal...

The Best Amy Adams Performances

Amy Adams has become somewhat of an awards season staple with Oscar Nominations in 4 of the last 8 years. She makes a huge return in 2016 with a pair of vastly different films in the sci-fi drama, Arrival , and the mind-bending psychological thriller, Nocturnal Animals . Therefore, since Adams could be primed for another Oscar run for her role in this month's science fiction release, November's Movie List of the Month examines the finest work of her career ( October's list ). Honorable Mention:   Big Eyes , Doubt ,  Enchanted , and The Muppets #5. Junebug (2005) Phil Morrison's original indie drama, Junebug , proved to be a catalyst for Amy Adams' career. The film follows an art dealer (Embeth Davidtz) and her new husband (Alessandro Nivola) as they travel back to his home southern town where she meets his family and pregnant sister-in-law (Adams). Amy Adams knocks her southern accent out of the park and shines in her wholesome, albeit it talkative, role. The film ...

The Snowman and The Disaster Artist Trailers

From the acclaimed Best Selling Novel comes Tomas Alfredson's (Tinker Tailor Soldier Spy and Let the Right One In) October murder-mystery, The Snowman . Michael Fassbender stars as Harry Hole, a detective determined to find a killer who taunts the police with snowmen at his crime scenes. Readers were enthralled by the novel and if the film can be anywhere near as good, then we may have the year's most gripping crime-thriller on our hands. Check out the debut trailer for The Snowman which just dropped this morning. Tommy Wiseau's 2003 indie film, The Room , has been labeled as one of the worst films ever made, but that hasn't stopped it from earning an impressive cult following. And after debuting a "work in progress" screening at this year's SXSW Film Festival, James Franco's behind-the-scenes darkly comic, albeit respectful, dramatization, The Disaster Artist , became the talk of the town. Franco's brother, Dave, and regular partner in crime, Set...