Skip to main content

TERMINATOR GENISYS (2015) REVIEW : They Are (Better) Not Totally Back


Di tahun 2015 ini, banyak sekali para sineas yang kembali menghadirkan film-film lama untuk mengusik memori penontonnya untuk sekedar bernostalgia. Pun, juga menjadi ajang mengenalkan kembali beberapa film yang pernah mashyur di zamannya kepada penonton-penonton baru. Film-film legendaris kembali hadir dengan beberapa upgrade agar bisa bersaing mengikuti perkembangan zaman yang sudah moderen ini.
 
Film legendaris milik Steven Spielberg,  lewat Jurassic World contohnya, film ini pun kembali menjadi sebuah film musim panas yang sensasional untuk pendapatannya. Star Wars yang juga mendapatkan episode terbaru untuk serinya yang akan rilis pada akhir tahun ini. Juga yang paling baru ini adalah seri dari film science fiction milik James Cameron, Terminator, yang mendapatkan babak baru. Meski James Cameron sudah absen semenjak seri ketiganya, Terminator tetap mendapat treatment dari sineas-sineas yang ingin mengolahnya kembali.

Semenjak episodenya di Rise of The Machine, seri Terminator ini sedikit mengalami penurunan respon positif dari para penontonnya dan kritikus. Hal itu semakin diperparah lewat episode Salvation yang disutradarai oleh McG. Setelah mendapat cercaan, Terminator tiba-tiba kembali hadir di seri kelimanya dengan Alan Taylor sebagai sutradaranya. Genisys, adalah judul dari seri kelima film Terminator yang ternyata tak memiliki i’tikad baik untuk mengembalikan lagi pamor dari dwilogi Terminator milik James Cameron ini. 


Terminator Genisys ini bukan lagi fokus ke karakter Sarah Connor, tetapi Kyle Russell (Jai Courtney) lah yang menjadi poin utama dari Terminator Genisys ini. Formula yang dilakukan oleh Terminator Genisys tetap sama, yaitu perjalanan lintas waktu yang dilakukan oleh Kyle Russell untuk mengubah masa lalu dari Sarah Connor (Emilia Clarke) yang ternyata berpengaruh terhadap masa depan. Misi tersebut sebenarnya adalah perintah dari John Connor (Jason Clarke), pemimpin perlawanan yang juga anak dari Sarah Connor.

Ketika Kyle Russell kembali di tahun di mana Sarah Connor masih hidup, Sarah Connor tahu apa yang sedang terjadi. Sarah ditemani oleh Terminator (Arnold Schwarzenegger) yang juga dikirim dari masa depan kepadanya yang diutus untuk melindunginya. Kyle yang baru saja tiba di tahun tersebut merasa bingung dengan keadaan Sarah yang sudah tahu akan hal tersebut. Maka, Kyle, Sarah, dan sang Terminator berusaha untuk menyelamatkan masa depan dengan menyerang Skynet yang ada di masa lalu agar tak berpengaruh terhadap kehidupan masa depan. 


Ketika sudah terjatuh lewat Salvation, adalah sesuatu yang mengejutkan ketika Terminator masih harus kembali bangkit untuk mendapatkan perhatian penontonnya. Sayangnya, Terminator Genisys memiliki kesalahan yang fatal dalam membangun sebuah film legendaris milik James Cameron. Terminator Genisys memiliki kesalahan dalam membangun karakter-karakternya yang sudah menjadi identitas dari seri-seri Terminator sebelumnya.

Terminator Genisys jelas-jelas merusak segala linimasa cerita yang sudah dibangun susah payah oleh James Cameron. Skrip yang ditulis oleh Laeta Karogridis dan Patrick Lussier, Termiator Genisys sangat tertatih menjelaskan ulang linimasa Terminator yang diporak porandakan olehnya. Potensi ingin mengubah citra film-film Terminator sebelumnya pun diubahnya menjadi sebuah bencana besar yang tentu saja akan menjadi bumerang terhadap performa Genisys di sekian banyak seri dari Terminator.

Terlihat benar, bagaimana Terminator Genisys ini memedulikan benar apa arti kata Blockbuster di dalam filmnya. Dengan budget yang besar, Terminator Genisys memang akan memesona penontonnya dengan berbagai sekuens aksi dengan visual yang besar. Tetapi, Alan Taylor melupakan bagaimana dia harus menyampaikan setiap cerita tentang paradoks lintas waktu yang seharusnya membutuhkan penjelasan dan jawaban yang lebih. Tetapi, hal tersebut benar-benar hilang dari 126 menit milik Terminator Genisys. 


Alih-alih menjadi sebuah sajian film blockbuster yang menyenangkan lewat sekuens aksinya yang besar, Terminator Genisys tak ubah adalah sebuah film dengan visual hebat yang melelahkan. Terlebih, karakterisasi yang terlihat benar-benar salah untuk film yang sudah menjadi salah satu film legendaris dan klasik. Bagaimana karakter John, Sarah, dan Kyle yang menjadi poin utama di seri-seri Terminator benar-benar menjadi sebuah karakter baru yang tak pernah penonton lihat sebelumnya.

Bisa jadi, karakterisasi yang berubah dalam Terminator Genisys ini adalah sebuah strategi bagi Alan Taylor agar bisa menjangkau penonton baru yang tak pernah mengikuti seri ini. Sayangnya, strategi Alan Taylor itu benar-benar gagal karena bagaimana sang sutradara tak benar-benar mampu menyampaikan skrip milik Laeta Kalogridis dan Patrick Lussier yang berusaha untuk tampil pintar. Sayangnya, Terminator Genisys malah terpuruk karena skrip garapan mereka yang terlihat merumitkan diri tanpa tahu bagaimana menyelesaikan kerumitan itu.

Bukan hanya gagal menyampaikan alur cerita paradoks-paradoks lintas waktu dengan baik, tetapi Alan Taylor pun gagal menyelipkan emosi ke dalam Terminator Genisys. Tak ubahnya, Genisys menjadi sangat dingin layaknya robot-robot yang ada di dalam film ini. Bahkan, adegan aksinya yang sangat besar itu pun tak bisa memiliki tensi yang kuat dan malah berubah menjadi sebuah parade visual yang menjemukan. Begitu pula para departemen akting, Jai Courtney dan Emilia Clarke tak bisa tampil maksimal. Meski Arnold Schwarzenegger tetap berusaha untuk membuat Genisys tak kehilangan nyawa. 


Dan para penonton hanya akan berharap dari paruh pertama yang menyelipkan adegan-adegan identitas milik dwilogi Terminator. Alan Taylor mengadegankan lagi beberapa adegan ikonik yang akan dengan mudah menghadirkan nuansa nostalagia bagi penonton yang telah mengikuti seri terminator sebelumnya. Tetapi, tak serta merta adegan-adegan itu bisa menjadi penawar dari berbagai kekacauan yang telah dihadirkan oleh Alan Taylor di dalam Terminator Genisys ini.

Lain hal dengan Jurassic Worldyang mampu me-reka ulang kemagisan Jurassic Park milik Steven Spielberg. Terminator Genisys arahan dari Alan Taylor malah dengan gampangnya merusak segala linimasa dari dwilogi Terminator milik James Cameron dan menjadikannya sebagai sebuah film sekuel yang sia-sia. Meski dibalut dengan visual megah dalam adegan aksinya, tetapi ada kesalahan dalam karakter di dalam Terminator yang sudah melegenda dan skrip yang berusaha rumit tetapi malah salah interpretasi. Terminator Genisys tak memperbaiki apa jejak rekam buruknya sejak Salvation.

 

Comments

Popular posts from this blog

The Glass Castle

Destin Cretton is anything but a household name. Yet, the gifted filmmaker turned heads with his massively overlooked 2013 drama, Short Term 12 . The effort bridged together Cretton's singular story and vision with the remarkable acting talents of Brie Larson. Since then Larson has gone on to win an Academy Award ( Room ), but her career comes full circle in her latest collaboration with Destin Cretton in the adapted film The Glass Castle . Told non-chronologically through various flashbacks, The Glass Castle follows the unconventional childhood of gossip columnist and eventual Best-Selling author Jeannette Walls (Larson). Prior to her career as a writer, Walls grows up under the dysfunctional supervision of her alcoholic father (Woody Harrelson) and her amateur artist mother (Naomi Watts). But as Jeannette and her siblings begin to mature and fully comprehend their squatter-lifestyle and impoverished upbringing, they must work together to escape the clutches of their deadbeat par

FILOSOFI KOPI 2 : BEN & JODY (2017) REVIEW : Revisi Nilai Hidup Untuk Sebuah Kedai Kopi

  Kisah pendek yang diambil dari Dewi Lestari ini telah dibudidayakan menjadi sebuah produk yang namanya sudah mahsyur. Selain film, produk dari Filosofi Kopi ini diabadikan menjadi sebuah kedai kopi yang nyata. Dengan adanya konsistensi itu, tak akan kaget apabila film yang diarahkan oleh Angga Dwimas Sasongko ini akan mendapatkan sekuel sebagai perlakuan selanjutnya. Tentu, kekhawatiran akan muncul karena cerita pendek dari Filosofi Kopi pun hanya berhenti di satu sub bab yang telah dibahas di film pertamanya. Sayembara muncul ditujukan kepada semua orang untuk membuat kisah lanjutan dari Ben dan Jody ini. Sayembara ini sekaligus memberikan bukti kepada semua orang bahwa Filosofi Kopi tetap menjadi film yang terkonsentrasi dari penonton seperti film pertamanya. Yang jelas, Angga Dwimas Sasongko tetap mengarahkan Chicco Jericho dan juga Rio Dewanto sebagai Ben dan Jody. Angga Dwimas Sasongko pun berkontribusi dalam pembuatan naskah dari cerita terpilih yang ditulis oleh Jenny Jusuf s

DVD Outlook: August 2017

It appears August is rather barren with new DVD and streaming options ( July's suggestions ). Thankfully, a hot slate of diverse theatrical offerings such as The Big Sick , Dunkirk , War for the Planet of the Apes , Spider-Man: Homecoming and so much more, you can find a worthwhile movie to enjoy no matter what your personal preference may be. Either way, here's a look at what's available on DVD and streaming services this month. Alien: Covenant - 3 stars out of 4 - ( Read my full review here ) Earlier this year Ridley Scott returned to his storied  Alien universe once again with the follow-up to 2012's Prometheus . In the latest installment, Scott and company shift their efforts from cryptic to visceral and disturbing with a bloody and twisted affair that feels immensely more horror-based than its predecessor. While on a colonizing mission to jump-start the humanity on a distant planet, crew members of the Covenant are awoken from their hibernation state following