Skip to main content

DAWN OF THE PLANET OF THE APES (2014) REVIEW : DAWN OF THE REMARKABLE SEQUEL [WITH 3D REVIEW]


Kera sudah mengambil alih dunia dan menjatuhkan para manusia. Hal tersebut sudah terjadi sejak remakedari Planet of The Apes oleh Tim Burton yang menunjuk Mark Wahlberg sebagai ilmuwan yang tersesat dalam planet penuh kera. Ketika film tersebut sudah tidak mendapat highlight, 10 tahun kemudian, prekuel dari film milik Tim Burton ini pun mendapat slot untuk rilis. Dengan komando dari Rupert Wyatt, Rise of The Planet of the Apes berhasil menarik hati para kritikus serta pendapatan yang cukup di tangga box office.

Tentu, 20th Century Foxselaku rumah produksi yang menaungi film ini pun memberikan lampu hijau untuk menggarap lagi sekuel dari prekuel ini. Dengan tim penulisan naskah yang sama, tetapi ada yang berbeda untuk sekuelnya. Kali ini, komando bukanlah dari Rupert Wyatt, melainkan datang dari Matt Reeves yang mengarahkan bagaimana jalannya sekuel ini. Dawn of The Planet of The Apes pun mendapat slot rilis di tahun ini. 


Tentu, Dawn of the Planet of the Apes melanjutkan timeline cerita dari Rise of the Planet of the Apes. Setelah kehancuran yang disebabkan oleh Caesar (Andy Serkis) dan kawan-kawan kera-nya, bumi mengalami banyak kehancuran. Para manusia terkena virus-virus mematikan yang memaksa mereka harus rela untuk bertahan hidup dengan serba kekurangan. Flu Siaman, menyerang para manusia dan menyebabkan spesies manusia semakin menipis.  

Malcolm (Jason Clarke) datang ke hutan untuk mencari bendungan agar bisa menyalakan listrik untuk kehidupan manusia. Sayangnya, hutan tersebut telah menjadi tempat tinggal para kera yang dipimpin oleh Caesar. Malcolm dan tim berusaha bernegosiasi dengan Caesar agar bisa mengelola bendungan tersebut. Tetapi, Caesar pun mengalami konflik dengan para kawanan kera-nya yang sudah tidak percaya dengan manusia. Sehingga, kubu yang tidak percaya mencoba untuk men-sabotase hubungan manusia dengan kera dan perang pun di mulai. 

 
Outstanding performances in any aspect.

Pergantian bangku sutradara untuk sebuah film sekuel tentu menjadi momok tersendiri. Jika salah pilih, jelas akan terjadi sebuah bencana bagi kelangsungan film sekuelnya. Beban yang dipikul oleh sutradara baru akan lebih berat. Tak bisa dibantah bahwa kinerjanya akan dibanding-bandingkan dengan hasil dari sutradara sebelumnya. Rupert Wyatt sudah mematok nilai yang tinggi untuk hasil jerih payahnya di Rise of the Planet of the Apes. Hal tersebut akan memacu Matt Reeves untuk menghasilkan output yang akan menyamai predesesornya atau malah bisa melebihi predesesornya.

Tetapi 20th Century Foxpatut bergembira, karena Matt Reeves dan karya-karyanya tidak bisa diremehkan begitu saja. Kredibilitas Matt Reeves sudah sangat bagus di ranah perfilman Hollywood. Hal ini berdampak pada karya terbarunya yaitu Dawn of the Planet of the Apes. Sekuel dari prekuel Planet of the Apes ini dengan gampang menyaingi predesesornya. Bahkan, bisa dibilang Dawn of the Planet of the Apes memiliki kualitas dua kali lebih bagus ketimbang sang predesesor.

Kerja sama yang baik sebagai tim sangat diperlihatkan oleh Matt Reeves dengan para tim penulis naskah. Apa yang disajikan oleh Dawn of the Planet of the Apes memiliki cerita yang sangat padat dengan durasinya 120 menit. Tak perlu panjang-panjang dalam bertutur tetapi berhasil memikat penontonnya dengan cerita yang menarik. Memang, Dawn of the Planet of the Apes memiliki pace yang lambat jika dibandingkan dengan Rise of the Planet of the Apes.


Tetapi, dengan pace yang lambat itu akan berhasil memberikan development character yang sangat baik. Tidak ada kesan draggy, setiap ceritanya mengalir dengan sangat baik dan tak terasa penonton pun akan tiba dipenghujung filmnya dan akan menantikan seri berikutnya. Jika Rise of the Planet of the Apes masih memiliki karakter manusia yang juga sama kuatnya dengan Caesar, maka berbeda dengan film lanjutannya kali ini. Fokus cerita dan karakter yang dikembangkan lagi di film ini adalah Caesar dan kawanan kera-nya yang sedang mengalami konflik dengan para manusia.

Sehingga di sepanjang film, layar bioskop akan dipenuhi dengan para kera yang berinteraksi satu sama lain tanpa dialog. Menonton para kera berinteraksi dengan bahasa mereka yang mungkin akan membuat geli penonton awam yang tidak pernah mengikuti setiap seri Planet of the Apes. Padahal, di setiap scene tersebut memiliki dialog-dialog yang krusial untuk menit-menit selanjutnya pada film Dawn of the Planet of the Apes. 


Yang jelas, nama-nama seperti Jason Clarke, Keri Russell, Kodi Smit-McPee, dan bahkan nama legenda Gary Oldman tidak bisa memberikan penampilannya yang memorable. Karena screening time mereka yang cukup sedikit ketimbang para kera yang ada di film ini. Setidaknya, mereka tetap memberikan penampilan yang maksimal untuk kelangsungan filmnya. Maka, penampilan terbaik jatuh kepada Andy Serkis yang memerankan Caesar dengan teknologi motion capture yang luar biasa. Penampilannya sebagai Caesar layak mendapatkan penghargaan lebih dari penontonnya.

Teknologi motion capture-nya pun semakin berkembang. Setiap visual effect di setiap adegannnya digarap begitu megah dan semakin halus jika dibandingkan dengan Rise of the Planet of the Apes. Hal ini akan menguatkan bahwa Dawn of the Planet of the Apes setidaknya akan mendapatkan nominasi di ajang bergengsi, Academy Awards untuk nominasi Visual Effect Terbaik. 


Hal lain yang membuat Dawn of the Planet of the Apes sangat layak ditonton oleh semua orang adalah bagaimana sang penulis naskah memberikan beberapa dialog-dialog yang pintar untuk menyindir masalah-masalah sosial. Dawn of the Planet of the Apes penuh dengan nilai-nilai sosial dan pesan moral di sepanjang filmnya. Memberikan tanda atau lambang metaforik untuk merepresentasikan setiap pesan moral-nya sehingga tidak ada kesan menggurui untuk penuturannya. Dan akan dengan mudah, pesan tersebut akan menancap di hati penontonnya. 


Begitulah, Dawn of the Planet of the Apes yang dengan mudah akan merebut hati penontonnya. Dengan mudah menobatkan film ini menjadi salah satu film sekuel terbaik yang pernah ada dan tentu akan banyak orang akan menempatkan film ini di urutan teratas film terbaik sepanjang tahun ini. Serta, penonton akan sangat menantikan apa yang akan terjadi dengan Caesar dan kawanannya di film selanjutnya yang akan rilis di tahun 2016. Mengagumkan.
Dawn of the Planet of the Apes pun juga dirilis dalam format 3D. Berikut adalah review format 3D untuk film ini.

DEPTH
Tidak ada yang istimewa untuk kedalaman di setiap adegan Dawn of the Planet of the Apes. Akan terasa jika setting berada di luar ruangan.

POP OUT
Hampir tidak ada efek pop out untuk film ini. Tanah dan asap pun tidak bisa berinteraksi baik dengan penontonnya.
 
Menonton Dawn of the Planet of the Apes dalam format 3D tidak direkomendasikan. Tonton saja film ini dalam format 2D dan tidak akan kehilangan momen apapun di filmnya. Toh, experience menonton film ini bukanlah dari format 3D-nya melainkan film ini sendiri.

Comments

Popular posts from this blog

The Glass Castle

Destin Cretton is anything but a household name. Yet, the gifted filmmaker turned heads with his massively overlooked 2013 drama, Short Term 12 . The effort bridged together Cretton's singular story and vision with the remarkable acting talents of Brie Larson. Since then Larson has gone on to win an Academy Award ( Room ), but her career comes full circle in her latest collaboration with Destin Cretton in the adapted film The Glass Castle . Told non-chronologically through various flashbacks, The Glass Castle follows the unconventional childhood of gossip columnist and eventual Best-Selling author Jeannette Walls (Larson). Prior to her career as a writer, Walls grows up under the dysfunctional supervision of her alcoholic father (Woody Harrelson) and her amateur artist mother (Naomi Watts). But as Jeannette and her siblings begin to mature and fully comprehend their squatter-lifestyle and impoverished upbringing, they must work together to escape the clutches of their deadbeat par

FILOSOFI KOPI 2 : BEN & JODY (2017) REVIEW : Revisi Nilai Hidup Untuk Sebuah Kedai Kopi

  Kisah pendek yang diambil dari Dewi Lestari ini telah dibudidayakan menjadi sebuah produk yang namanya sudah mahsyur. Selain film, produk dari Filosofi Kopi ini diabadikan menjadi sebuah kedai kopi yang nyata. Dengan adanya konsistensi itu, tak akan kaget apabila film yang diarahkan oleh Angga Dwimas Sasongko ini akan mendapatkan sekuel sebagai perlakuan selanjutnya. Tentu, kekhawatiran akan muncul karena cerita pendek dari Filosofi Kopi pun hanya berhenti di satu sub bab yang telah dibahas di film pertamanya. Sayembara muncul ditujukan kepada semua orang untuk membuat kisah lanjutan dari Ben dan Jody ini. Sayembara ini sekaligus memberikan bukti kepada semua orang bahwa Filosofi Kopi tetap menjadi film yang terkonsentrasi dari penonton seperti film pertamanya. Yang jelas, Angga Dwimas Sasongko tetap mengarahkan Chicco Jericho dan juga Rio Dewanto sebagai Ben dan Jody. Angga Dwimas Sasongko pun berkontribusi dalam pembuatan naskah dari cerita terpilih yang ditulis oleh Jenny Jusuf s

DVD Outlook: August 2017

It appears August is rather barren with new DVD and streaming options ( July's suggestions ). Thankfully, a hot slate of diverse theatrical offerings such as The Big Sick , Dunkirk , War for the Planet of the Apes , Spider-Man: Homecoming and so much more, you can find a worthwhile movie to enjoy no matter what your personal preference may be. Either way, here's a look at what's available on DVD and streaming services this month. Alien: Covenant - 3 stars out of 4 - ( Read my full review here ) Earlier this year Ridley Scott returned to his storied  Alien universe once again with the follow-up to 2012's Prometheus . In the latest installment, Scott and company shift their efforts from cryptic to visceral and disturbing with a bloody and twisted affair that feels immensely more horror-based than its predecessor. While on a colonizing mission to jump-start the humanity on a distant planet, crew members of the Covenant are awoken from their hibernation state following