Skip to main content

CAHAYA DARI TIMUR – BETA MALUKU (2014) REVIEW : BOLA DAN ISU LAINNYA



Lagi-lagi film bertema olahraga mewarnai perfilman Indonesia. Setelah Mari Lari garapan Delon Tio ini sukses memberikan sajian film yang menarik dengan sentuhan cerita memacu motivasi dan menyentuh. Kali ini, film dengan tema Olahraga sekali lagi diangkat menjadi feature film dan Sepak Bola lagi-lagi memiliki intrik menarik untuk diangkat.

Berawal dari sebuah buku berjudul Kabar Dari Tulehu, sebuah memoar kisah nyata dari sosok Sani. dan buku ini berkesempatan untuk diangkat di layar lebar dengan judul Cahaya Dari Timur : Beta Maluku. Angga Dwimas Sasongko adalah orang yang dipercaya untuk mengarahkan buku tersebut menjadi gambar bergerak. Tangannya pernah melahirkan karya dengan judul Hari Untuk Amanda yang tak disangka menjadi sajian yang menarik. Tentu, sebuah harapan pun terlahir saat Angga Dwimas Sasongko mengarahkan sebuah film baru. 


Cahaya Dari Timur ini mengambil latar belakang tahun 1999, dimana Ambon sedang mengalami konfilk yang gencar-gencarnya. Sani (Chicco Jericho), seorang tukang ojek yang sudah berkeluarga dan memiliki seorang istri bernama Haspa (Saphira Umm). Sani merasa konflik yang ada di Ambon membuat anak-anak di sekitar terancam nyawanya. Sani pun berinisiatif untuk mengajak anak-anak Tulehu, tempat Sani tinggal bermain bola agar pikiran mereka tentang konflik di Ambon teralihkan.

Sani sendiri sebelumnya adalah pemain bola yang gagal ditengah jalan. Dan setelah 5 tahun melatih anak-anak Tulehu bermain bola, konflik-konflik baru pun muncul di kehidupannya. Rafi temannya, mendesak Sani agar mendirikan Sekolah Sepak Bola hingga akhirnya mengalami perpecahan, Sani juga harus mengalami masalah keluarganya yang sudah mulai tercampakkan karena terlalu sering melatih bola. Hingga suatu saat, sebuah Indonesian Cup U-15, pertandingan sepak bola itu merubah segalanya. 


Film Indonesia terbaik tahun ini. Sangat Bagus.

Ketika tahu film ini akan menceritakan perjalanan kisah nyata seseorang, tentu apa yang disajikan oleh film tersebut tentu tak jauh-jauh dari kesan dapat ditebak. Tentu, mengarahkan film berdasarkan catatan hidup seseorang harus digarap dengan baik dan kuat agar tidak jatuh biasa saja atau jatuh di area yang menghawatirkan. Dengan latar belakang sepak bola, tentu film ini akan menjadi sebuah film yang mengharapkan penontonnya untuk terenyuh dengan perjuangan hidupnya.

Cahaya Dari Timur : Beta Maluku memang tak jauh-jauh dari dua hal tersebut tetapi dengan adanya orang yang kompeten di balik pembuatan film ini, tentu output film ini memiliki kualitas yang mumpuni. Sangat hebat, di tangan Angga Dwimas Sasongko, Cahaya Dari Timur bisa menjadi sebuah film dengan kemasan yang sangat baik. Terlihat benar bagaimana sang sutradara sangat memiliki gairah untuk mengarahkan sebuah film dan hal tersebut memberikan dampak positif terhadap kelangsungan film arahannya.

Cahaya Dari Timur memiliki cerita yang begitu solid. Durasi Cahaya Dari Timur memang cukup panjang, 150 Menit tetapi tidak ada rasa bertele-tele dalam menceritakan setiap alur ceritanya. Paruh awal, mungkin untuk memperkenalkan karakter utama yaitu Sani. Upaya tersebut dilakukan untuk mengkoneksikan antara karakter utama dengan penontonnya. Tentu, Angga Dwimas Sasongko mampu membuat karakter Sani akan begitu dekat dengan penontonnya. 


Setelah karakter itu bisa terkoneksi dengan penonton, tentu memberikan dampak lain saat menyaksikan film ini. Penonton akan dibuat ikut dengan sisi emosional dalam konflik yang sedang terjadi di dalam film ini. Bukan hanya rasa emosional dalam cerita, melainkan segala suasana dari film ini dari sedih, senang, dan tegang juga bisa hadir dengan pas tanpa harus dilebih-lebihkan. All blended very well and makes a very good rollercoaster feeling when we watch this movie.

Film seperti tentu tak luput dari kesan klise. Tetapi, sajian klise di film ini tak lantas membuahkan dampak negatif, toh arahan yang sangat kuat dari Angga Dwimas Sasongko berhasil mengemas ke-klise-an itu menjadi tontonan yang sangat bagus untuk ditonton. Serta, Cahaya Dari Timur mampu memberikan pelajaran penuh moral kepada penontonnya tanpa ada kesan menggurui di setiap adegannya. Dan dengan poin ini, Cahaya Dari Timur akan lebih gampang menancap ke penontonnya yang mulai mendewasakan dirinya. 


Lantas, apa yang membedakan Cahaya Dari Timur dengan film bertema sama lainnya? Cahaya Dari Timur ini memiliki paket lengkap tentang isu yang diangkat. Sambil menyelam minum air, mungkin pepatah itu cocok untuk mewakili film ini. Apa yang diangkat di sini bukanlah semata perjalanan hidup milik Sani saja. Tetapi, Cahaya Dari Timur juga menggambarkan dan mengingatkan tentang isu-isu konflik di Ambon yang pernah terjadi di beberapa tahun silam. Serta, isu perbedaan agama yang masih sangat sensitif di kalangan masyarakat Indonesia. Inilah yang membuat Cahaya Dari Timur semakin lengkap dalam konflik ceritanya. 


Segala paket lengkap itu akan semakin menyenangkan ketika didukung dengan jajaran aktor-aktris yang bermain sangat prima di film ini. Dan performa mengejutkan datang dari Chicco Jericho. Dia mampu memberikan performa yang begitu bagus di filmnya, mendalami karakter Sani dengan logat Ambon miliknya yang juga bagus. Tentu dibantu dengan beberapa pemain pendukung seperti Saphira Umm hingga aktris senior Jajang C. Noer.

Teknisnya, sinematografi yang diambil di film ini pun juga menangkap setiap keindahan Tulehu. Memberikan nuansa sejuk di filmnya. Dramatisir efek slow motion untuk film ini pun berada dalam kadar yang pas dan tidak berlebihan. Pun juga dengan momen-momennya yang pas. Diperindah lagi dengan scoringyang kental rasa etnik serta lagu tema yang juga sangat easy listening.


Overall, Cahaya Dari Timur : Beta Maluku adalah salah satu film Indonesia terbaik untuk tahun ini bahkan yang pernah dibuat. Arahan yang sangat bagus dari Angga Dwimas Sasongko sehingga penonton akan berhasil merasakan sensasi setiap suasana cerita di film ini. Didukung dengan pemain-pemain dengan performa yang gemilang. Cahaya Dari Timur sukses melaju di garda terdepan film Indonesia unggulan tahun ini. Sangat Bagus!

Comments

Popular posts from this blog

The Glass Castle

Destin Cretton is anything but a household name. Yet, the gifted filmmaker turned heads with his massively overlooked 2013 drama, Short Term 12 . The effort bridged together Cretton's singular story and vision with the remarkable acting talents of Brie Larson. Since then Larson has gone on to win an Academy Award ( Room ), but her career comes full circle in her latest collaboration with Destin Cretton in the adapted film The Glass Castle . Told non-chronologically through various flashbacks, The Glass Castle follows the unconventional childhood of gossip columnist and eventual Best-Selling author Jeannette Walls (Larson). Prior to her career as a writer, Walls grows up under the dysfunctional supervision of her alcoholic father (Woody Harrelson) and her amateur artist mother (Naomi Watts). But as Jeannette and her siblings begin to mature and fully comprehend their squatter-lifestyle and impoverished upbringing, they must work together to escape the clutches of their deadbeat par

FILOSOFI KOPI 2 : BEN & JODY (2017) REVIEW : Revisi Nilai Hidup Untuk Sebuah Kedai Kopi

  Kisah pendek yang diambil dari Dewi Lestari ini telah dibudidayakan menjadi sebuah produk yang namanya sudah mahsyur. Selain film, produk dari Filosofi Kopi ini diabadikan menjadi sebuah kedai kopi yang nyata. Dengan adanya konsistensi itu, tak akan kaget apabila film yang diarahkan oleh Angga Dwimas Sasongko ini akan mendapatkan sekuel sebagai perlakuan selanjutnya. Tentu, kekhawatiran akan muncul karena cerita pendek dari Filosofi Kopi pun hanya berhenti di satu sub bab yang telah dibahas di film pertamanya. Sayembara muncul ditujukan kepada semua orang untuk membuat kisah lanjutan dari Ben dan Jody ini. Sayembara ini sekaligus memberikan bukti kepada semua orang bahwa Filosofi Kopi tetap menjadi film yang terkonsentrasi dari penonton seperti film pertamanya. Yang jelas, Angga Dwimas Sasongko tetap mengarahkan Chicco Jericho dan juga Rio Dewanto sebagai Ben dan Jody. Angga Dwimas Sasongko pun berkontribusi dalam pembuatan naskah dari cerita terpilih yang ditulis oleh Jenny Jusuf s

DVD Outlook: August 2017

It appears August is rather barren with new DVD and streaming options ( July's suggestions ). Thankfully, a hot slate of diverse theatrical offerings such as The Big Sick , Dunkirk , War for the Planet of the Apes , Spider-Man: Homecoming and so much more, you can find a worthwhile movie to enjoy no matter what your personal preference may be. Either way, here's a look at what's available on DVD and streaming services this month. Alien: Covenant - 3 stars out of 4 - ( Read my full review here ) Earlier this year Ridley Scott returned to his storied  Alien universe once again with the follow-up to 2012's Prometheus . In the latest installment, Scott and company shift their efforts from cryptic to visceral and disturbing with a bloody and twisted affair that feels immensely more horror-based than its predecessor. While on a colonizing mission to jump-start the humanity on a distant planet, crew members of the Covenant are awoken from their hibernation state following